Ini Kunci Hubungan yang Langgeng

Tolok ukur hubungan yang baik ditinjau dari komunikasi yang baik pula. Bahkan, komunikasi yang baik dapat menjadi salah satu kunci awetnya sebuah hubungan. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara orang tua dengan anak, kakak-adik, sahabat, dan masih banyak lagi.

Komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah keterbukaan yang dimiliki satu sama lain. Segala sesuatu yang dirasakan, diinginkan, dan dipikirkan sebaiknya selalu dibicarakan baik-baik. Kita peru menghindari berbicara dengan asal supaya tidak menyinggung pihak lain. Meskipun sudah merasa akrab dengan lawan bicara, tetap ada aturan yang harus dipatuhi dalam berkomunikasi.

Cerita Penulis

Saya pernah hidup bersama 9 orang selama 50 hari. Sembilan orang dengan berbagai macam karakter. Selain berusaha memahami mereka, saya juga berusaha menerapkan komunikasi yang baik. Saya tahu bahwa komunikasi yang baik adalah kunci hubungan yang baik pula. Pada kenyataannya, hal itu susah untuk diterapkan.

Selama 50 hari itu, saya hanya berhasil menerapkan komunikasi yang baik pada 3 orang. Akan tetapi, bukan berarti saya tidak ada masalah dengan mereka. Saya tetap mengalami masalah dengan mereka tetapi tidak sampai ribut atau saling diam hingga berhari-hari.

Kami membicarakan segala sesuatu secara baik-baik. Kami membicarakan hal-hal yang tidak kami sukai satu sama lain atau saling menegur jika ada yang berbuat kurang pas. Kabar bahagianya, hingga saat ini kami masih memberi kabar satu sama lain.

Lalu, bagaimana hubungan saya dengan 6 orang lainnya? Hubungan kami tidak sebagus hubungan saya dengan 3 orang tadi. Kami sering mengalami kesalahpahaman. Ketika kami sedang mengalami masalah pun, kami lebih memilih diam. Hal ini membuat kami disibukkan dengan pikiran buruk masing-masing.

Hal Hal yang Harus Diperhatikan saat Komunikasi

Komunikasi yang baik memang dilandasi rasa keterbukaan satu sama lain. Beberapa orang beranggapan, ketika seseorang sudah merasa saling terbuka, menyampaikan sesuatu bisa seenaknya. Faktanya, tetap ada hal-hal yang harus diperhatikan.

Pertama, pilih waktu dan situasi yang tepat. Jam-jam istirahat di malam hari atau menjelang waktu tidur adalah waktu yang dianggap paling tepat. Di waktu-waktu itulah seseorang dianggap dalam kondisi rileks. Kedua, Anda juga perlu memilih situasi yang tepat. Jangan menyampaikan sesuatu ketika lawan bicara sedang sibuk. Salah satu situasi yang dianggap tepat untuk berbicara adalah ketika makan bersama.

Ketiga, Anda juga harus melihat kondisi emosi lawan bicara. Ajak mereka bicara ketika emosinya sedang stabil. Emosi stabil berarti tidak terlalu marah, sedih, bahagia, atau kecewa.

Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah menatap lawan bicara ketika menyampaikan sesuatu. Dengan menatap mata mereka, menunjukkan bahwa perhatian Anda memang tertuju padanya. Pandanglah mata lawan bicara Anda dengan natural. Bukan tatapan marah atau tatapan tidak senang.

Jadilah Pendengar yang Baik

Terciptanya komunikasi yang baik juga didukung adanya pendengar yang baik. Anda juga sesekali harus siap dan bisa menjadi pendengar yang baik. Ketika berhasil menjadi pendengar yang baik, Anda bisa merasakan berada di posisi lawan bicara Anda.

Menerapkan komunikasi yang baik memang tidaklah mudah, tetapi tidak ada salahnya jika Anda mencoba. Semoga Anda bisa mulai berkomunikasi dengan baik setelah membaca ulasan kali ini.

Dzikria A. Primala

Write to be understood, speak to be heard and read to grow. Mahasiswi Psikologi. Nice to see ya!

Previous
Previous

Kebutuhan Orang Lansia yang Terabaikan

Next
Next

Kesepian? Siapa Takut! (2)