Kenali Rasa Cemasmu!

Ah, nanti kalau presentasiku gagal, gimana?

Kenapa sih aku malah mikir hal-hal yang gak penting?

Kayaknya bakal sepi deh yang datang.

Kalau saingannya seperti ini, kita bisa kalah total.

Mungkin beberapa pemikiran di atas pernah kamu alami. Kamu merasa khawatir terhadap hal yang belum tentu terjadi atau ragu pada kemampuan diri sendiri. Bahkan menjadi takut untuk melakukannya.

Semua Pernah Merasa Cemas

Setiap manusia sepertinya pernah mengalami itu semua. Mengalami berbagai situasi dan kondisi di balik kecemasannya. Merasa cemas lumrah terjadi ketika menghadapi situasi yang menegangkan atau mengkhawatirkan hal buruk akan terjadi.

Perlu diketahui bahwa cemas juga dibutuhkan supaya manusia siaga dengan kemungkinan ancaman yang ada dalam hidupnya. Salah satu contoh yang sering dialami adalah kecemasan menghadapi ujian. Situasi tersebut membuat mu merasa khawatir tidak bisa menjawab soal ujian dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut, kamu memutuskan belajar agar lebih memahami materi ujian sehingga merasa lebih siap menghadapi ujian.

Di sisi lain, cemas yang berlebihan akan berdampak merugikan bagi manusia. Salah satu dampaknya adalah kita terjebak dalam ketakutan setiap menghadapi situasi yang dianggap membahayakan.

Apabila merasa cemas, bagian otak (amigdala) akan memberi tanda dan mengomunikasikan ke bagian otak lainnya. Tanda yang telah diterima lalu memberi tahu tubuh untuk tetap waspada. Seseorang yang cemas merasa menghadapi ancaman yang belum tentu keberadaannya. Perasaan ini dialami secara berulang hingga menciptakan kenangan emosional. Kenangan emosional yang muncul menyebabkan dugaan yang salah atas alasan kecemasannya.

Cemas Tanda Ancaman Kebutuhan Hubungan Sosial

Pendapat lain dinyatakan oleh Gregg bahwa kecemasan merupakan tanda ancaman dari kebutuhan psikososial manusia. Ancaman tersebut menyebabkan manusia mengkhawatirkan kualitas relasi yang dimiliki dan sejauh mana mereka menerima dirinya. Untuk mengatasi kekhawatiran itu, manusia berusaha untuk dapat dihargai oleh orang-orang terdekatnya. Dengan demikian, ia akan berkontribusi pada masyarakat.

Kecemasan sudah menjadi sifat alamiah manusia. Oleh sebab itu, manusia tidak bisa melarikan diri, menghapus, atau menganggap itu asing.

Cobalah untuk hidup berdampingan dengan kecemasan. Hidup berdampingan dengan cara menerima kehadiran dan menilainya secara sadar. Penilaian yang dilakukan dapat membuat kita sadar ada atau tidaknya kecemasan yang dikhawatirkan. Dengan demikian, kita dapat berpikir lebih bijak dan menentukan strategi yang tepat. Hingga akhirnya kita dapat mengambil keputusan untuk mentolerir rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh kecemasan.

Zahrah Nabila

a psychology student who is still learning and should treat herself first, before treat others

Previous
Previous

Kesepian? Siapa Takut! (2)

Next
Next

Dilema Gen Milenial dalam Dunia Kerja